Dongeng Timun Emas dan Lusi
Pada Jaman
dahulu ada seorang yang bernama mBok Sirni namanya (tapi kejadiannya di Desa
Siring), dia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat
membantunya bekerja.
[Lah rak yo aneh ta .. wong janda
kok pingin punya anak .... Nah ini dia
!]
Suatu
hari eh mBok Sirni didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak. Trus
gimana caranya, mbok Sirni kan manusia biasa bukan species raksasa, jadi
ndak mungkin lah. Tapi namanya Buto Ijo kan juga sakti, wong dia
punya laboratorium bioteknologi yg huebatt, bukan sekedar raksasa dengan
bolo kurowo atau gedibal saja.
Pak
Buto Ijo menyanggupi keinginanmBok Sirni. Namun Pak Buto Ijo memberi
syarat apabila anak itu berusia empat tahun harus diserahkan ke Buto itu untuk
dijadiin istri.
[wedian
kiyi .... mosok anak kecil mau dijadiin istri, Lah wong Buto Ijo ini kan
Seorang Raksasa (eh raksasa apa orang nih), kan bebas ta, Buto itu ga tau
aturan apalagi etika, blaik tenan.]
Setelah
dipikar-pikir akhirnya Mbok Sirni-pun setuju. Raksasa ini kemudian
memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua minggu
diantara buah ketimun yang ditanamnya nanti akan ada satu yang paling besar dan
berkilau seperti emas.
Wah
dengan gembira mBok Sirni menyanyi menanam jagung .. eh menanam mentimun ga da
lagunya ya. Mbok Sirni ini akhirnya menanam biji-biji ini. kan daerah mbok
Sirni ini tanahnya subur banget, iyakan ? Psst daerah desa Siring ini kan
sawahnya subur juga kan ?
Akhirnya setelah ditanam dan dirawat … bener deh … kehebatan
ilmu bioteknologi Pak Buto ijo ini …! Setelah dua minggu ada satu timun
berwarna emas yang guede banget!. Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu
dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama si
Timun Emas.
Timun
emas ini lahir sebagai gadis. [hebat juga ilmu biotek si Buto ijo ini ya,
bisa kloning dengan menentukan jenis kelamin juga ya]. Semakin hari Timun
Emas tumbuh menjadi gadis kecil cantik jelita.
Suatu
hari datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok sirni amat takut kehilangan
timun emas, dia mengulur -ulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi. Tapi
gimana cara ngomongnya ya.
“To
to … Buto Ijo … Udah deh nanti aja kalau dua tahun lagi kan sudah makin gede,
makin enak rasanya karena semakin dewasa, semakin gurih kang Buto dan enak
untuk disantap“, Kata mBok eh mBok Sirni.
“Hue
hehehehe … bener juga katamu mbok Sirni .. aku tunggu !“, dan Buto Ijo pun
setuju dan pergi lagi.
Batin
mBok Sirni ” Dasar Buto gendheng nan rakus di iming-iming yg enak-enak pasti
mau kan“.
Mbok
Sirni-pun semakin senang pada Timun Emas. Diapun sayang pada Timun Emas karena
rajin membantu. Tetapi setiap kali ia teringat akan janjinya Mbok Sirni hatinya
menjadi cemas dan sedih lah wong anak satu-satunya je.
Suatu malam mBok Sirni bermimpi, wah ini bukan sekedar mimpi
ini pituduh, ini petunjuk agar anaknya selamat. Dalam mimpi dia diberitahu
harus menemui petapa di Gunung Gundul, sepertinya yg dimaksud ini sebuah gunung
yang hanya terdiri dari batu … atau watu … “ah Watukosek kali mBok“,
kata Timun Emas.
Paginya
si Mbok ini langsung berangkat. Di Gunung Gundul (Watukosek) ia bertemu
dengan seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji
mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal kalau dikejar sama Buto Ijo.
Sesampainya dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan
diberitahu kalau dikejar Buto Ijo aji-aji ini harus disebarkan.
Setelah
dua tahun ditunggu-tunggu si Buto Ijo datang lagi untuk menagih janji. Blaik
! mBok Sirni kaget bukan kepalang. Raksasa Ijo jelek lagi … tiba-tiba
muncul. Masak kayak begini jadi istri si Timun Emas, batinnya. “Mestinya
burung pipit ya dapet burung pipit, burung merpati jodonya burung merpati … lah
ini kakak tua ikut-ikutan mengejar burung parkit !” (ini Buto Ijo emang mau
ngikuti jejak Dato K menyunting Siti Nurhaliza, … upst!)
Si
Timun emaspun disuruh lari lewat pintu belakang. Raksasapun mengejarnya, wueladalah
… huayu tenan jebule. Dikejarlah si Timun Emas.
Setelah
berlari jauh Timun Emas kecapaian. Si Timun Emaspun teringat akan bungkusannya,
maka ditebarnya biji mentimun. sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun
yang lebat buahnya. Si Buto Ijo kesenengan memakannya tapi buah timun itu malah
menambah tenaga Buto Ijo. … Lah wong mentimun ini menjadikan dia banyak gas
diperutnya malah membuahkan lapangan gas Kentut. Jelas menambah
tenaga dan kekuatan, kan.
Lalu
timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon bambu yang
sangat tinggi dan tajam. Haiyak kalau cuman pohon kecil begini pakai buldozer
juga lewaat …. Dengan buldozer ini lah Buto Ijo terus mengejar. Si Timun
Emas-pun membuka bingkisan ketiga yg berisi garam dan ditaburkannya. Seketika
hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitan dan kesaktiannya raksasa dapat
melewati. Batin si Buto Ijo, “ whalah wong cuman gas kick dan over pressure
gini mah keciil ..“.
Yang terakhir Timun Emas akhirnya menaburkan terasi … lah
ini kan terasi Sidoarjo dibelinya aja di deket pabriknya, belinya di
toko sekitar Jalan Mojopahit Sidoarjo. Itu tuh, yang baunya amis banget itu !
Seketika si Buto Ijo ‘gebres-gebres’ … blaik ini bau ga karu-karuan.
Tapi Buto Ijo ini dasarnya emang
buto gendheng, malah tertawa ngakak … “Hua hahahah ha ha, Mosok lawan
Buto kok pakai terasi …!” Terus kakinya gedrug-gedrug sambil
meloncat-loncat …. timbullah gempa! … tapi apa yg terjadi kemudian ….
muncratlah lumpur dari tanah sekelilingnya …. ..terbentuklah danau lumpur yang
mendidih, akhirnya si Buto mati tenggelam.
Lantas, apa hubunganya ini semua
dengan semburan LUSI ?! menurut Dwiyanto kawan di IAGI :
· LUSI adalah juga telaga lumpur dan
diakhir cerita, sang Buto Ijo juga meninggal tenggelam dalam telaga lumpur,
· Juga kekasih hatinya Timun emas
(Dewi Sekartaji) adalah Panji Asmara Bangun dan sumur lapindo namanya Banjar
Panji-1 (ada nyrempet-nyrempet Panji-nya),
· Juga cerita Timun Emas ini terjadi
di jaman kerajaan Jenggala, yang juga menurut sejarah, katanya Pusat Kerajaan
Jenggala itu ada disekitar Sumur Banjar Panji-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar