Inilah yang dinamakan konsep iman. Percaya dan akhirnya harus
mengalami sendiri.
Anehnya kalau kejadian semacam ini sebenarnya tetap ada dan saya ungkapkan
seperti sekarang, mungkin orang yang terbiasa kritis dan sangat ilmiah malah
menarik mundur jam waktu, menyetel mindset seperti pendeta menghadapi
Galileo, menyelidiki siapa penulis penyebar berita awu -awu ini.. Ah itu
sihir... jin beserta kemampuan tehnologinya ... Kita berbalik 180 derajat
menjadi penuduh yang tercerabut dari tradisi ilmiah dan keakhlakan.
Pertanyaan dasar, bagaimana mungkin jin bisa secanggih itu, padahal menurut
Islam hanya manusia saja mahluk yang berakal. Lalu bagaimana mungkin sihir wong
modalnya cuma baca La ilaha ilallah dan La haula walaquwwata ila
billah plus puasa sunnah. Sebuah penyerahan full dan berlindung di
dalam benteng Allah masak jin bisa masuk sih ? Sebegitu lemahkah benteng Allah
untuk ditembus ? masak safety nya kalah sama benteng Pentagon ? Padahal para
dukun KGB atau spiritual manapun dengan kekuatan bantuan bolo kurowo jin
gendruwo ndhas klunthung saja nggak mampu mencuri data di Pentagon. Belum
lagi kalau saya ungkapkan ada banyak orang yang mampu menjalankan proses
materialisasi, menciptakan benda dengan perantara partikel udara seperti teori
- teori ilmiah hanya bermodal meyakini komposisi ayat kun fayakun dan La
haula walaquwwata ila billah yang dihunjamkan sampai akar keyakinan
terdalam.
Begitu sederhananya aplikasi teori ayat ini sehingga kita yang hidup di
jaman modern menolaknya karena tidak mengandung kemewahan konsep entah itu
konsep fisika, biologi ataupun hukum fiqih. Padahal saat ini seorang anak
bangsa Professor Johanes Surya dengan pasukan fisikawan muda yang merajai
olympiade fisika tingkat dunia malah bercita-cita menggunakan fisika tanpa
rumus. Semua rumus digantikan dengan prinsip dasar MESTAKUNG alias semesta
mendukung dengan penjelasan sederhana, bahwa ketika sesuatu dalam keadaan
terdesak maka seluruh partikel alam raya akan mendukung dan menolongnya. Hebat
benar beliau. Bangunan pikiran yang begitu eksak menjadi non eksak sebab
sebenarnya non eksak hanyalah sebuah bangunan eksak dengan parameter tak
terhingga sehingga orang sulit membuat rumusan pasti. Bagi saya beliau sangat
islami sekali walaupun entah KTP nya beragama apa.
Dan, sebenarnya konsep puasa dibarengi berniat kalimat tauhid adalah konsep
mestakung sejati yang telah diajarkan Rasul belasan abad yang lalu. Ketika seseorang
melakukan puasa, otomatis bangunan konsep material dalam dirinya perlahan mulai
tampak melemah. Pertama tenaga fisik yang gemagah mulai berkurang,
kemudian otak yang katanya cerdas pun menurun gelombang frekwensinya.
Kewaspadaan terhadap dunia luar mulai berkurang namun kewaspadaan ke dalam diri
semakin bertambah tingkat kekonsentrasiannya. Lambat laun hanya dengan sebuah
proses latihan mengikhlaskan sebuah pengakuan bahwa kita benar -benar nggak
punya kekuatan. Blesss...semesta mendukung apa yang kita maui...tiba -
tiba kesuperpoweran diri terkuak, semua seperti mimpi yang terkendali penuh
dengan kekuatan lintas dimensi, entah dimensi benda, dimensi akal, dimensi
ruang ataupun dimensi waktu....semua ada dan dapat kita gunakan...kata pedagang
Padang, dipilih... dipilih... dipilih... tinggal pilih... tinggal pilih...
tinggal pilih.... Semua adalah imajinasi yang mewujud mengikuti Kehendak. Kun
fayakun...
Tapi ini adalah sebuah perjalanan yang masih bersifat Isra' yang harus
diteruskan menuju perjalanan Mi'raj. Sebab banyak sekali orang yang mengalami
pembebasan konsep diri melalui ke Isra' an ini lalu menganggap sebagai puncak
pencapaian karena memang di sinilah digelar dengan nyata senyata-nyatanya
segala kemampuan sang masterpiece, menungso. Perjalanan Isra
adalah konsep perjalanan horizontal yang kita sebut hablumminannas
dimana semua pencapaiannya masih bersifat kebutuhan dunia itu sendiri entah
yang terwujud dalam ilmu ekonomi, politik, budaya, pengobatan, hukum fiqih,
fisika biologi, olah raga bahkan kebatinan yang sering dianggap orang sebagai
ilmu kegaiban langit.
Dan pada kenyataannya semua ilmu itu memang hanya berlaku dan berguna
selama nafas masih di kandung badan, urusan habluminannas. Sebab
setelah kehidupan dunia ini usia yang berlaku hanyalah urusan Mi'raj. Ruh yang
kembali, jiwa yang tenang.
Benar adanya bahwa nanti yang dipertimbangkan terlebih dahulu amal
seseorang adalah kebenaran sholatnya, bukan modal kapital, keringat atau akal
karena ketiganya harus balik maning ke bumi untuk dimanfaatkan generasi
selanjutnya. Untuk itulah kemudian diperlukan konsep Mi'raj.
Lalu bagaimana konsep Mi'raj itu sendiri ? Mi'raj adalah kumpulan
ingatan kepada Allah yang di rangkum dalam ibadah sholat. Sholat itu Mi'raj nya
orang mukmin...begitu kata Rasul. Lebih begitu sederhananya lagi konsep
ini sehingga orang yang berada di wilayah Isra' pun terkadang malah tak
percaya, sebab orang sudah terbiasa dengan alam yang aneh-aneh dan menara
gading pikiran.
! Konsep Mi'raj sangatlah mudah... Ingatlah, ya, cuma mengingat... ..mengingat tidak ada rumusannya selain
mengurut kejadian ke belakang, bukan malah menebak ke depan...hanya dengan MENGINGAT
Allah-lah hati menjadi tenteram ( RA'D :29 ). Jadi parameter orang yang ingat
pernah bertemu Allah ya sederhana saja, jiwanya selalu tenang walau menghadapi
berbagai persoalan hidup
Tapi bagaimana
mau ingat wong ketemu aja nggak pernah ? Contoh semisal, saya ingat
kalau putri Diana adalah teman saya waktu kecil, sebab memang dulu pernah
bertemu akrab bahkan selalu mengendarai kuda bersama. Lha kalau waktu kecil
nggak pernah ketemu, apanya yang harus diingat ? Masak saya harus ngaku-ngaku
dan pura -pura ingat bahwa dulu pernah akrab dan selalu bertemu di Istana.
Untungnya Allah begitu mahfum bahwa daya ingat otak kita yang pandai ini
ternyata masih sangat cekak. Untuk itu dengan murahnya Allah menjelaskan bahwa
kita pernah berhadapan langsung.
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)" ( Al A'raf 172 ).
Maka ber Mi'raj lah dengan membahas dan memahami Allah
dengan cara yang sangat sederhana yaitu mengingat-ingat - merunut kebelakang
mencari asal muasal kejadian diri dengan metode berdzikir. Masalah saya dan
Anda hanya bisa mengingat sebatas NamaNya, SifatNya, IlmuNya, atau CiptaanNya
saja ya nggak masalah. Allah
Maha Memahami kok.
Selama
berniat untuk yakin bisa berjumpa dengan Allah, nanti lama-lama
keyakinan itulah yang membimbing pada tujuan akhir dengan sebuah
proses yang unik tak terduga. Pun seandainya kita sudah bisa menyaksikan
Dzatnya sebagai konsekuensi kelanjutan ada nama pasti ada yang dinamai, lebih
baik disimpan saja sebagai kenangan terindah sebab kalau diomongkan nggak akan
pernah ketemu, malah - malah hilang nikmatnya plus berakhir hanya sekedar jadi
fitnah dan kehebohan yang tak bermakna.
Biarkan ban luar tetap berada diluar, ban dalam tetap di dalam dengan penuh angin agar roda kehidupan tetap berputar dengan baik.
Biarkan ban luar tetap berada diluar, ban dalam tetap di dalam dengan penuh angin agar roda kehidupan tetap berputar dengan baik.
Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar